Senin, 26 Januari 2015

SECARIK KERTAS DI ATAS PUNCAK


Aku   :Yan, Lawu berapa hari?
Ryan  : 2 hari cukup. 6-8 jam buat muncak. Kalo turunnya sih cepet paling 3-4 jam. Kapan ke Lawu? Berapa anak?
Aku   : Belum tau. Tiket masih mahal. Tunggu turun aja.
Ryan  : Aku melu
Aku   : Boleh. Nanti aku kabari deh. Kenapa kok minta ikut? Kan udah pernah kesana
Ryan  : Baru 2x. Ada yang tertinggal. Hahaha
Secarik cerita

Beberapa hari yang lalu aku melakukan obrolan singkat dengan Ryan melalui sosmed BBM. Ryan adalah salah satu teman yang aku kenal lewat jejaring sosial. Dia adalah mahasiswa Menejemen Universitas Malang. Entah apa yang membuat kita berdua nyambung, mungkin karena kita sama-sama suka berpetualang dan berbagi cerita. Dia bukan seorang mahasiswa pecinta alam, namun hobinya mendaki gunung membuat orang menyangka bahwa dia seorang mapala. Bagaimana tidak, bahkan dia lebih sering berpergian menggendong tas cariernya dari pada aku.  Sebagai seorang mahasiswa menejemen, dia memiliki keahlian merangkai kata yang manis. Aku pikir dia salah jurusan. Mungkin dia lebih cocok menjadi mahasiswa sastra. Bahkan beberapa kalimat yang pernah aku terima darinya, itu seperti bukan rangkaian kata biasa. Tapi kalimat para penyair. Sempat aku menanyakan hal ini kepadanya, dan benar saja dia memang seorang penyair. Penyair yang senang menulis puisi, skenario, cerpen, dan lainnya. Itu menjadi alasannya mengapa dia suka mendaki. Katanya sih cari inspirasi untuk tulisannya.


Ryan Akbar Atmaja

Sebenarnya aku ingin bepergian. Sudah lama aku berdiam diri di dalam ruangan. Itu membuatku bosan. Aku rindu pada bau pegunungan, sejuk, indah, tentram. Seorang teman mengajakku ke Gunung Lawu. Tapi kita tidak hanya berdua karena kita berniat mengajak beberapa teman lainnya untuk mengukir cerita di atas puncak. Di antara kami belum pernah ke Lawu, jadi tidak ada salahnya kalo aku menanyakan beberapa pertanyaan singkat mengenai Lawu pada Ryan. Aku pikir karena dia pernah ke sana sebelumnya.
Sesaat setelah membaca balasan Ryan mengenai alasannya ingin ikut denganku ke Lawu, aku memikirkan dua kata yang dia tulis ‘SECARIK CERITA’. Rupanya dia kembali mencekoki diriku dengan kalimat puitis yang sarat makna. Ahh .. beginilah susahnya kalo gak punya keahlian mengartikan makna tersirat dari sebuah kalimat. Maklum lah, aku seorang fisikawan bukan sastrawan (sedikit membela). Tapi aku ingat akan secarik kertas. Barang kecil yang tidak boleh tertinggal saat kita akan berpetualang. Itulah yang biasa dikatakan oleh teman mendakiku. Banyak orang mengungkapkan perasaan dan kegembiraannya di atas puncak dengan secarik kertas. Beberapa kali aku pernah melakukannya. Saat itu aku gunakan secarik kertas untuk mengungkapkan betapa aku menyayangi sahabatku.

Secarik kertas di puncak Mahameru (Mt. Semeru)

Surprise dalam secarik kertas di puncak Nirwana (Mt. Raung)

Bahkan seorang teman mendaki bernama David atau Mamel melakukan hal yang sama sepertiku. Namun, dia menulis ‘LOVE MOM’ sebagai bentuk terimakasih dan sayangnya pada ibunda. Kira-kira Mamel lagi apa ya sekarang? Ahh .. aku yakin dia baik-baik saja”, tiba-tiba aku memikirkannya. Sudah lama kita tidak berpetualang bersama, melakukan hal bodoh, saling mengejek, dan saling bermanja. Mungkin suatu saat nanti akan tiba waktunya. Aku percaya itu.

Secarik kertas Mamel untuk Ibunda

Rasanya aku tidak sabar untuk mendaki. Aku akan membawa beberapa lembar kertas. Siapa tahu aku mendapat inspirasi dan menuangkannya dengan menggoreskan penaku di atasnya atau bahkan aku akan meluapkan perasaan lewat secarik kertas. Mungkin akan terlihat lebih keren saat aku menulisnya di atas puncak. Adakah di antara kalian yang ingin aku sampaikan salamnya pada puncak? Seperti yang aku lakukan saat aku tidak bias menyapa Dewi Rengganis langsung. Syukurlah saudaraku mau menyampaikannya lewat secarik kertas.


Secarik kertas penghantar salam dari Rengganis


Itulah keajaiban secarik kertas di atas puncak. Saat kita merasa sulit mengungkapkan perasaan dengan kata-kata, mungkin secarik kertas bisa menggantikannya. Setidaknya itu akan tersampaikan dari pada hanya dipendam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar