Senin, 26 Januari 2015

Alarm Tengah Malam, Tandanya Pangeran Datang




“Kriiiiiing, kriiiiing”
Suara alarm tengah malam. Aku pikir itu adalah suara alarm, ternyata itu suara handphone Diar. Diar adalah sahabatku. Dia salah satu orang terdekatku. Sebagai sahabat dia orang yang sempurna, baik, cantik, dan perhatian. Sering kali kita gruvy (selfie yang dilakukan oleh dua orang atau lebih), dan beberapa orang menyangka kita adalah anak kembar terutama orang asing yang melihat kita sedang berdua.

 Petugas kereta menyangka kita adalah anak kembar



Menyuapkan makanan adalah tanda teman perhatian

Bahkan Diar terlihat cantik dengan pose alay

Kebetulan beberapa hari ini dia bermalam di kamarku. Katanya sih cari suasana baru. Aku pikir alasan itu cuma modus. Mungkin dia sedang galau. Entahlah ..
Dia mengangkat telponnya dan mulai perbincangan dengan si penelpon. Sesekali aku menguping. Sebenarnya bukan sepenuhnya menguping, tapi tidak sengaja mendengarnya karena telingaku berbeda dengan orang biasa. Telingaku tercipta lebih lebar dari yang lain dan menurutku itu adalah suatu kelebihanku. Karena perbincangan yang kurang menarik atau kupikir lebih privasi, aku memutuskan untuk tidur saja.  
Waktu itu cuaca sedang tidak bersahabat. Mendung dan hujan membuat kita berdua berdiam saja di dalam kamar. Sepertinya kita tidak diijinkan oleh alam untuk bepergian. Sesekali keluar menuju kamar mandi atau dapur. Selebihnya dihabiskan di dalam kamar untuk menonton pilm atau berbincang dan itu terjadi sepanjang pagi hingga petang.
Malam berikutnya seperti biasa aku mengerjakan deadline. Ya, skripsweet yang akhir-akhir ini selalu minta diperhatikan. Semoga saja usahaku menuruti permintaan skripsweetku membuahkan hasil dan segera selesai. Memang akhir-akhir ini aku sedang bersemangat untuk segera lulus. Apalagi beberapa teman seangkatanku akan segera wisuda. Itu menjadi salah satu doronganku untuk cepat lulus. Tapi bagai bumi dan langit. Aku melihat Diar lebih santai dariku. Sesekali membuka pesan dari handphonenya dan sesekali melihat laptopnya. Aku pikir dia juga sedang mengerjakan skripsinya karena dia juga sedang menempuhnya. Ternyata dia sedang menulis sebuah cerita. Mungkin cerita tentang kisahnya. Sudahlah, yang penting dia bahagia. Aku tidak akan melarangnya.
Malam mulai larut. Sesuai prediksi malam ini pasti dia menelpon lagi. Dan ternyata memang terbukti. “Alarm tengah malam, tandanya pangeran datang”.  Dengan wajah sumringah, Diar mengangkat telpon. Sesekali mereka berbicara serius, sesekali berbicara santai, dan terkadang dia tertawa sendiri. Aku tidak bermaksud menggangunya. Biarkan saja, mungkin ini rasanya jatuh cinta. Toh aku juga pernah merasakannya. Dia seperti cerminanku saat itu. Terbangun tengah malam hanya sekedar membalas pesan singkat dari kekasihku. Bahkan menyalakan alarm pun tak perlu karena aku selalu bisa terbangun. Dia mengingatkanku bagaimana rasanya jatuh cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar