Senin, 26 Januari 2015

IMAJINASI DI PINTU LEMARI



            “Upik, punya sepidol?”, teriakku siang itu di depan pintu salah satu kamar kosan. “Ada mbak, tapi permanen”, jawabnya dengan mengeluarkan sebuah spidol dari keranjang penanya. Upik adalah tetangga kamar kosku.
Siang itu tiba-tiba aku memikirkan sesuatu. Sendiri di dalam kamar terkadang membuatku bosan dan bingung mau melakukan apa. Hal ini sering terjadi apalagi saat Ulya (teman sekamar) harus pulang ke rumahnya atau sedang pergi ke luar kota. Aku melihat lemari pakaian putih yang berada tepat di sebelah tempat tidurku. Ya, itu adalah lemari kita. Di bagian atas ada beberapa tulisan penyemangat yang ditulis Ulya dan beberapa stiker tertempel. Namun, bagian bawah masih kosong. Setelah beberapa menit memandangnya, aku mulai memejamkan mata. Aku membayangkan sebuah jembatan panjang dengan tiang-tiang yang menjulang tinggi. Di sana juga terdapat lampu-lampu jembatan yang berjejer di sisi jembatan dan beberapa burung yang sedang terbang di atasnya.
            Aku bangun dari tempat tidurku dan bermaksud meminjam sebuah sepidol pada Upik, karena spidol yang ku punya tertinggal di rumah. Setelah mendapatkan sepidol, aku mulai menuangkan imajinasiku di pintu lemari. Sempat canggung dan takut menggambar karena sepidolku permanen. Belum lagi kalo aku salah menggambar, bagaimana caraku menghapusnya. Beberapa teman di sosmed menyarankan untuk menghapusnya menggunakan minyak kayu putih atau aseton. Walaupun aku mempunyai kedua penghapus tersebut, namun aku memutuskan untuk membuat polanya terlebih dahulu menggunakan pensil. Setelah jadi, aku mulai menebalinya menggunakan sepidol.
Tidak butuh waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Aku memandang karyaku dan sesekali tersenyum. “Ternyata aku punya bakat arsitek”, pikiranku konyol. Ngomong-ngomong soal arsitek, aku jadi ingat sesuatu. Saat itu aku masih berada di bangku SMA. Suatu hari ada sebuah lembaga yang entah aku pun lupa namanya datang ke sekolahku. Lembaga itu biasa membaca karakter, keahlian terpendam yang dimiliki oleh tiap peserta tesnya. Sebelumnya aku pernah mengikuti tes IQ dan kali ini aku mengikutinya untuk mengetahui apa sebenarnya bakat yang aku miliki. Beberapa soal aku selesaikan dan soal terakhir adalah menggambar. Setelah selesai menggambar, tiap peserta diminta menuliskan jurusan yang kita inginkan. Aku menulis ‘TEKNIK SIPIL’. Setidaknya dulu aku memang tertarik dengan jurusan itu. Beberapa bulan setelah itu hasilnya keluar. Aku kaget dan sempat tidak percaya karena hasilnya adalah ‘Kedokteran Gigi’ di pilihan pertama dan ‘Arsitektur’ di pilihan kedua. Beberapa teman juga heran dan yang lain memberi selamat. Tapi tetap saja aku pesimis karena keluargaku tidak akan mengijinkannya. Yah, ternyata memang benar. Ceritanya panjang dan beberapa pertimbangan pada akhirnya aku tidak mengambil kedua jurusan itu. Mungkin aku ditakdirkan menjadi fisikawan. Lupakanlah hal itu. Anggap saja aku ingin berbagi kisah.

Golden Gate Bridge imajinasi

“ckrekk!”, suara kamera handphoneku. Aku mengambil beberapa foto dari gambar itu. Tak lupa aku share di sosmed. Beberapa menit kemudian hp ku berbunyi. Rupanya ada pemberitahuan dari BBM. Seseorang mengomentari gambarku “Jembatan Suramadu”. Sejenak aku berpikir apa benar gambarku mirip dengan jembatan suramadu? Bahkan bentuknya saja aku tak tahu karena aku juga belum pernah melihat secara langsung jembatan terpanjang di Indonesia yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura itu. Lalu aku membuka hp ku dan memulai untuk searching. Ternyata tidak mirip. Beberapa foto jembatan di dunia aku cari dan ada sebuah jembatan yang hampir menyerupai gambarku. Di sana tertulis ‘GOLDEN GATE BRIDGE’. Jembatan ini terletak di San Fransisco AS dengan panjang 2.737 m. Indah sekali jembatan itu. Bangunannya terlihat kokoh. Suatu saat aku ingin ke sana. Sebelum waktunya tiba, aku sudah menyimpannya di lemari.

 Golden Gate Bridge

1 komentar: