“Upik,
punya sepidol?”, teriakku siang itu di depan pintu salah satu kamar kosan. “Ada
mbak, tapi permanen”, jawabnya dengan mengeluarkan sebuah spidol dari keranjang
penanya. Upik adalah tetangga kamar kosku.
Siang itu tiba-tiba aku memikirkan sesuatu.
Sendiri di dalam kamar terkadang membuatku bosan dan bingung mau melakukan apa.
Hal ini sering terjadi apalagi saat Ulya (teman sekamar) harus pulang ke
rumahnya atau sedang pergi ke luar kota. Aku melihat lemari pakaian putih yang
berada tepat di sebelah tempat tidurku. Ya, itu adalah lemari kita. Di bagian
atas ada beberapa tulisan penyemangat yang ditulis Ulya dan beberapa stiker
tertempel. Namun, bagian bawah masih kosong. Setelah beberapa menit
memandangnya, aku mulai memejamkan mata. Aku membayangkan sebuah jembatan
panjang dengan tiang-tiang yang menjulang tinggi. Di sana
juga terdapat lampu-lampu jembatan yang berjejer di sisi
jembatan dan beberapa burung yang sedang terbang di atasnya.
Aku
bangun dari tempat tidurku dan bermaksud meminjam sebuah sepidol pada Upik,
karena spidol yang ku punya tertinggal di rumah. Setelah mendapatkan sepidol,
aku mulai menuangkan imajinasiku di pintu lemari. Sempat canggung dan takut
menggambar karena sepidolku permanen. Belum lagi kalo aku salah menggambar,
bagaimana caraku menghapusnya. Beberapa teman di sosmed menyarankan untuk
menghapusnya menggunakan minyak kayu putih atau aseton. Walaupun aku mempunyai
kedua penghapus tersebut, namun aku memutuskan untuk membuat polanya terlebih
dahulu menggunakan pensil. Setelah jadi, aku mulai menebalinya menggunakan
sepidol.
Tidak butuh waktu yang lama
untuk menyelesaikannya. Aku memandang karyaku dan sesekali tersenyum. “Ternyata
aku punya bakat arsitek”, pikiranku konyol. Ngomong-ngomong soal arsitek, aku
jadi ingat sesuatu. Saat itu aku masih berada di bangku SMA. Suatu hari ada
sebuah lembaga yang entah aku pun lupa namanya datang ke sekolahku. Lembaga itu
biasa membaca karakter, keahlian terpendam yang dimiliki oleh tiap peserta
tesnya. Sebelumnya aku pernah mengikuti tes IQ dan kali ini aku mengikutinya
untuk mengetahui apa sebenarnya bakat yang aku miliki. Beberapa soal aku
selesaikan dan soal terakhir adalah menggambar. Setelah selesai menggambar,
tiap peserta diminta menuliskan jurusan yang kita inginkan. Aku menulis ‘TEKNIK
SIPIL’. Setidaknya dulu aku memang tertarik dengan jurusan itu. Beberapa bulan
setelah itu hasilnya keluar. Aku kaget dan sempat tidak percaya karena hasilnya
adalah ‘Kedokteran Gigi’ di pilihan pertama dan ‘Arsitektur’ di pilihan kedua.
Beberapa teman juga heran dan yang lain memberi selamat. Tapi tetap saja aku
pesimis karena keluargaku tidak akan mengijinkannya. Yah, ternyata memang
benar. Ceritanya panjang dan beberapa pertimbangan pada akhirnya aku tidak
mengambil kedua jurusan itu. Mungkin aku ditakdirkan menjadi fisikawan.
Lupakanlah hal itu. Anggap saja aku ingin berbagi kisah.
Golden Gate Bridge imajinasi
“ckrekk!”, suara kamera handphoneku. Aku mengambil beberapa foto
dari gambar itu. Tak lupa aku share di
sosmed. Beberapa menit kemudian hp ku berbunyi. Rupanya ada pemberitahuan dari BBM. Seseorang mengomentari
gambarku “Jembatan Suramadu”. Sejenak aku berpikir apa benar gambarku mirip
dengan jembatan suramadu? Bahkan bentuknya saja aku tak tahu karena aku juga
belum pernah melihat secara langsung jembatan terpanjang di Indonesia yang
menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura itu. Lalu aku membuka hp ku dan
memulai untuk searching. Ternyata
tidak mirip. Beberapa foto jembatan di dunia aku cari dan ada sebuah jembatan
yang hampir
menyerupai gambarku. Di sana tertulis ‘GOLDEN GATE BRIDGE’. Jembatan ini
terletak di San Fransisco AS dengan panjang 2.737 m. Indah sekali jembatan itu.
Bangunannya terlihat kokoh. Suatu saat aku ingin ke sana. Sebelum waktunya tiba, aku sudah
menyimpannya di lemari.
Golden Gate Bridge
ayo.... tak anterne dik.... hahhahhhahah
BalasHapus